Alamat:
Asrama At-Tawakal, Pondok Pesantren Cipasung, Cipakat, Singaparna, Kab. Tasikmalaya
Alamat:
Asrama At-Tawakal, Pondok Pesantren Cipasung, Cipakat, Singaparna, Kab. Tasikmalaya

| 📖 Arab Berharakat | 📘 Terjemahan Indonesia | 🖋️ Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
|
أَوَّلِيَّةُ التَّأْلِيفِ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ. اَلْعُلُومُ فِي الْأُمَمِ لَا تَظْهَرُ فَجْأَةً، وَإِنَّمَا تَمُرُّ بِفَتْرَةِ مَخَاضٍ وَمُعَانَاةٍ فِكْرِيَّةٍ حَتَّى تَتَبَلْوَرَ مَعَانِيهَا، فَتَتَضِحَ فِي الْأَذْهَانِ مَعَالِمُهَا، وَتَتَهَيَّأَ الْأَسْبَابُ لِتَدْوِينِهَا، ثُمَّ بَعْدَ كُلِّ ذَلِكَ هِيَ فِي نُمُوِّهَا وَازْدِهَارِهَا خَاضِعَةٌ لِقَانُونِ التَّطَوُّرِ وَالتَّدَرُّجِ. |
Permulaan Penulisan dalam Ilmu Ushul Fiqih. Ilmu-ilmu dalam suatu bangsa tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui masa pergulatan dan perjuangan intelektual hingga maknanya matang, pokok-pokoknya jelas, dan faktor-faktor pendukung pencatatannya tersedia. Setelah itu, ia tetap berkembang dan tumbuh secara bertahap mengikuti hukum perkembangan. |
Menegaskan bahwa lahirnya ilmu bukanlah peristiwa instan, melainkan hasil proses panjang: ada fase pergumulan, pematangan, pencatatan, dan pertumbuhan bertahap. |
| مِنْ أَجْلِ هَذَا كَانَ مِنَ الصَّعْبِ تَحْدِيدُ الْبِدَايَةِ، وَتَعْيِينُ الْآخِذِينَ بِزِمَامِ الْمُبَادَرَةِ الْأُولَى فِيهَا، وَهَذَا مَا حَدَثَ بِالنِّسْبَةِ إِلَى أَوَّلِيَّةِ التَّأْلِيفِ فِي عِلْمِ أُصُولِ الْفِقْهِ. | Karena itu, sulit untuk menentukan secara pasti kapan dimulainya sebuah ilmu dan siapa yang pertama mengambil peran inisiatif awal. Hal inilah yang terjadi dalam pembahasan tentang siapa yang pertama kali menulis dalam Ushul Fiqih | Menunjukkan adanya kesulitan dalam menetapkan tokoh atau waktu pasti yang dianggap sebagai pelopor pertama dalam penulisan Ushul Fiqih. |
| فَقَدْ تَنَازَعَ أَوَّلِيَّةَ التَّأْلِيفِ فِيهِ أَرْبَابُ الْمَذَاهِبِ الْمُخْتَلِفَةِ عَلَى الرَّغْمِ مِنِ ادِّعَاءِ الْبَعْضِ الْإِجْمَاعَ عَلَيْهِ. وَفِيمَا يَلِي عَرْضٌ شَامِلٌ لِأَكْثَرِ مَا قِيلَ فِي هَذَا الْمَوْضُوعِ. | Para ulama dari berbagai mazhab saling mengklaim tokoh mereka sebagai penulis pertama Ushul Fiqih, meskipun ada sebagian yang mengklaim adanya ijma‘. Berikut ini adalah pemaparan menyeluruh mengenai pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam masalah ini. |
Menggambarkan adanya perbedaan klaim antar mazhab mengenai siapa pelopor pertama penulisan Ushul Fiqih, sehingga perlu ditampilkan pandangan-pandangan yang ada. |
| 📖 Arab Berharakat | 📘 Terjemahan Indonesia | 🖋️ Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| يَدَّعِي الْحَنَفِيَّةُ أَنَّ أَئِمَّتَهُمْ أَبَا حَنِيفَةَ وَأَبَا يُوسُفَ وَمُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ هُمْ أَصْحَابُ السَّبْقِ فِي تَدْوِينِ عِلْمِ الْأُصُولِ وَالتَّأْلِيفِ فِيهِ، يُقَرِّرُونَ هَذِهِ الدَّعْوَى فِي الْعِبَارَاتِ التَّالِيَةِ: | Kaum Hanafiyah berpendapat bahwa para imam mereka — Abū Ḥanīfah, Abū Yūsuf, dan Muḥammad ibn al-Ḥasan — adalah orang-orang yang lebih dahulu dalam menyusun dan menulis ilmu Ushul Fiqih. Mereka menegaskan klaim ini dengan ungkapan-ungkapan berikut: | Menjelaskan klaim mazhab Hanafiyah yang mengangkat imam-imamnya sebagai pelopor awal dalam penyusunan ilmu Ushul Fiqih. |
| وَأَمَّا أَوَّلُ مَنْ صَنَّفَ فِي عِلْمِ الْأُصُولِ – فِيمَا نَعْلَمُ – فَهُوَ إِمَامُ الْأَئِمَّةِ وَسِرَاجُ الْأُمَّةِ أَبُو حَنِيفَةَ النُّعْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، حَيْثُ بَيَّنَ طُرُقَ الِاسْتِنْبَاطِ فِي كِتَابِ الرَّأْيِ لَهُ. | “Adapun orang pertama yang menyusun dalam ilmu Ushul Fiqih — sejauh pengetahuan kami — adalah Imam para imam dan cahaya umat, Abū Ḥanīfah an-Nu‘mān raḥimahuLlāh. Beliau telah menjelaskan metode istinbāṭ dalam kitab ar-Ra’y-nya.” | Menguatkan klaim Hanafiyah bahwa Abū Ḥanīfah adalah tokoh awal yang menulis Ushul Fiqih melalui karyanya yang berisi metode pengambilan hukum (istinbāṭ). |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَيَقُولُ الْمُوَفَّقُ الْمَكِّيُّ فِي كِتَابِ مَنَاقِبِ الْإِمَامِ الْأَعْظَمِ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ: إِنَّ أَبَا يُوسُفَ أَوَّلُ مَنْ وَضَعَ الْكُتُبَ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ. (٢) | Al-Muwaffaq al-Makki dalam kitab Manaqib al-Imam al-A‘zham meriwayatkan dari Thalhah bin Muhammad bin Ja‘far bahwa Abu Yusuf adalah orang pertama yang menulis kitab dalam bidang Ushul Fiqh berdasarkan mazhab Abu Hanifah. (2) | Menunjukkan klaim bahwa murid utama Abu Hanifah, yaitu Abu Yusuf, adalah perintis dalam menuliskan kaidah-kaidah Ushul Fiqh sesuai dengan manhaj gurunya. |
| وَمَا ذَكَرَهُ ابْنُ النَّدِيمِ فِي تَرْجَمَةِ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ الشَّيْبَانِيِّ أَنَّ لَهُ كِتَابًا فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، كَمَا أَنَّ لَهُ كِتَابًا فِي اجْتِهَادِ الرَّأْيِ وَآخَرَ فِي الِاسْتِحْسَانِ. (٣) | Ibn al-Nadim dalam biografi Muhammad bin al-Hasan al-Shaybani menyebutkan bahwa beliau memiliki kitab dalam bidang Ushul Fiqh, juga kitab tentang Ijtihad al-Ra’y, serta kitab lain tentang Istihsan. (3) | Memberikan bukti lain bahwa murid Abu Hanifah yang lain, yaitu Muhammad bin al-Hasan, ikut menyusun karya dalam bidang Ushul Fiqh, yang memperkuat klaim keutamaan Hanafiyyah. |
| وَهَؤُلَاءِ جَمِيعُهُمْ سَابِقُونَ عَلَى الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ، بَلْ إِنَّ الْإِمَامَ الشَّافِعِيَّ تَتَلْمَذَ لِلْمُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ وَاسْتَفَادَ مِنْ كُتُبِهِ وَلَازَمَهُ وَأَخَذَ عَنْهُ، وَقَدْ تَكُونُ هَذِهِ الصِّلَةُ الْعِلْمِيَّةُ إِحْدَى الْحَوَافِزِ لِلْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ عَلَى إِخْرَاجِ الرِّسَالَةِ فِي صُورَتِهَا الْحَاضِرَةِ. | Semua tokoh tersebut lebih dahulu daripada Imam al-Syafi‘i. Bahkan Imam al-Syafi‘i pernah berguru kepada Muhammad bin al-Hasan, mengambil manfaat dari kitab-kitabnya, serta selalu menemaninya dan meriwayatkan darinya. Bisa jadi hubungan keilmuan ini merupakan salah satu dorongan bagi Imam al-Syafi‘i untuk menyusun al-Risalah dalam bentuknya yang sekarang. | Penulis ingin menegaskan bahwa meskipun al-Syafi‘i dianggap sebagai peletak dasar Ushul Fiqh, namun hubungan ilmiahnya dengan murid Abu Hanifah (Muhammad bin al-Hasan) menunjukkan adanya kesinambungan dan pengaruh, sehingga klaim prioritas tetap diperdebatkan. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَيُنَاقِشُ مُصْطَفَى عَبْدُ الرَّازِقْ مَوْقِفَ الْأَحْنَافِ بِمَا يُبَيِّنُ طَبِيعَةَ هَذِهِ الْمُؤَلَّفَاتِ الَّتِي تَحْمِلُ خَصَائِصَ هَذَا الْمَذْهَبِ فَيَقُولُ: | Mustafa ‘Abd al-Raziq membahas posisi Hanafiyyah dengan menjelaskan sifat karya-karya mereka yang mencerminkan karakter mazhab tersebut, ia berkata: | Penulis membawa pandangan akademik modern (Mustafa ‘Abd al-Raziq) untuk meluruskan klaim Hanafiyyah, sekaligus mengkritisi watak metodologi mereka. |
| وَإِذَا صَحَّ أَنَّ لِأَبِي يُوسُفَ أَوْ لِمُحَمَّدٍ كِتَابًا فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، فَهُوَ فِيمَا يَظْهَرُ كِتَابٌ لِنُصْرَةِ مَا كَانَ يَأْخُذُ بِهِ أَبُو حَنِيفَةَ وَيَعِيبُهُ أَهْلُ الْحَدِيثِ – وَمَعَهُمُ الشَّافِعِيُّ – مِنَ الِاسْتِحْسَانِ. | Jika benar Abu Yusuf atau Muhammad memiliki kitab dalam bidang Ushul Fiqh, maka tampaknya kitab itu hanya ditulis untuk membela metode Abu Hanifah, khususnya dalam masalah istihsan, yang dikritik oleh Ahlul Hadits – termasuk al-Syafi‘i. | Menunjukkan bahwa karya awal Hanafiyyah bukanlah dalam rangka meletakkan kaidah umum Ushul Fiqh, melainkan sebatas mempertahankan manhaj istihsan yang banyak ditentang. |
| … وَلَمْ يَكُنْ فِي طَبِيعَةِ مَذْهَبِ أَهْلِ الرَّأْيِ – الَّذِينَ مِنْ هَمِّهِمْ أَنْ يَجْمَعُوا الْمَسَائِلَ وَيَسْتَكْثِرُوا مِنْهَا – النُّزُوعُ إِلَى تَقْيِيدِ الِاسْتِنْبَاطِ بِقَوَاعِدَ لَا تَتْرُكُهُ مُتَّسِعًا رَحْبًا. | … Dan memang dalam karakter mazhab Ahlur Ra’y – yang fokus mereka adalah mengumpulkan banyak masalah fiqih – tidaklah ada kecenderungan untuk membatasi istinbath dengan kaidah-kaidah yang bisa mempersempit ruang gerak ijtihad. | Menjelaskan perbedaan pendekatan: Ahlur Ra’y lebih praktis dalam mengumpulkan masalah fiqih daripada membuat kaidah abstrak yang membatasi. |
| عَلَى أَنَّ الْقَوْلَ بِأَنَّ أَبَا يُوسُفَ هُوَ أَوَّلُ مَنْ تَكَلَّمَ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ لَا يُعَارِضُ الْقَوْلَ بِأَنَّ الشَّافِعِيَّ هُوَ الَّذِي وَضَعَ أُصُولَ الْفِقْهِ عِلْمًا ذَا قَوَاعِدَ عَامَّةٍ يُرْجَعُ إِلَيْهَا كُلُّ مُسْتَنْبِطٍ لِحُكْمٍ شَرْعِيٍّ. | Adapun pernyataan bahwa Abu Yusuf adalah orang pertama yang membicarakan Ushul Fiqh menurut mazhab Abu Hanifah, tidak bertentangan dengan pendapat bahwa al-Syafi‘i lah yang pertama kali meletakkan Ushul Fiqh sebagai ilmu dengan kaidah-kaidah umum yang menjadi rujukan setiap mujtahid dalam menetapkan hukum syar‘i. | Mengkompromikan klaim: Abu Yusuf mungkin penulis awal dalam lingkup mazhab Hanafi, tetapi al-Syafi‘i lah yang mengubahnya menjadi disiplin ilmu universal. |
| هَذَا وَقَدْ نَقَلْنَا عَنْ ابْنِ عَابِدِينَ أَنَّ أَبَا حَنِيفَةَ كَانَ إِذَا وَقَعَتْ وَاقِعَةٌ شَاوَرَ أَصْحَابَهُ شَهْرًا أَوْ أَكْثَرَ حَتَّى يَسْتَقِرَّ آخِرُ الْأَقْوَالِ فَيُثْبِتُهُ أَبُو يُوسُفَ، حَتَّى أَثْبَتَ الْأُصُولَ عَلَى هَذَا الْمَنْهَاجِ. | Selain itu, kami nukil dari Ibn ‘Abidin bahwa Abu Hanifah jika menghadapi suatu kasus, beliau bermusyawarah dengan para muridnya selama sebulan atau lebih, hingga mencapai pendapat akhir. Lalu pendapat itu dibukukan oleh Abu Yusuf, sehingga terbentuklah kaidah-kaidah ushul menurut metode ini. | Menjelaskan bahwa sistem bermusyawarah yang dilakukan Abu Hanifah bersama murid-muridnya menghasilkan rumusan praktis yang kemudian dicatat dan disusun oleh Abu Yusuf, meski sifatnya masih partikular dan bercorak Hanafi. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَفِي رِسَالَةِ ابْنِ عَابِدِينَ الْمُسَمَّاةِ الْعِلْمُ الظَّاهِرُ فِي نَفْعِ النَّسَبِ الطَّاهِرِ مِنْ مَجْمُوعَةِ رَسَائِلِ ابْنِ عَابِدِينَ: | Dalam risalah Ibn ‘Ābidīn yang berjudul al-‘Ilm al-Zhāhir fī Naf‘ al-Nasab al-Ṭāhir dari kumpulan risalah Ibn ‘Ābidīn, disebutkan: | Menyebutkan sumber otoritatif dari Ibn ‘Ābidīn untuk menjelaskan dasar istilah “Zhāhir al-Riwāyah” dalam mazhab Hanafi. |
| (ثُمَّ هَذِهِ الْمَسَائِلُ الَّتِي تُسَمَّى ظَاهِرَ الرِّوَايَةِ وَالْأُصُولَ هِيَ مَا وُجِدَ فِي كُتُبِ مُحَمَّدٍ الَّتِي هِيَ: الْمَبْسُوطُ، وَالزِّيَادَاتُ، وَالْجَامِعُ الصَّغِيرُ، وَالسِّيَرُ الصَّغِيرُ، وَالْجَامِعُ الْكَبِيرُ، | “Kemudian masalah-masalah yang disebut Zhāhir al-Riwāyah dan ushul itu adalah yang terdapat dalam kitab-kitab karya Muhammad (bin al-Hasan), yaitu: al-Mabsūṭ, al-Ziyādāt, al-Jāmi‘ al-Ṣaghīr, al-Siyar al-Ṣaghīr, dan al-Jāmi‘ al-Kabīr.” | Menjelaskan bahwa dasar-dasar mazhab Hanafi dihimpun dalam karya Muhammad bin al-Hasan, yang dikenal sebagai Zhāhir al-Riwāyah. |
| وَإِنَّمَا سُمِّيَتْ بِظَاهِرِ الرِّوَايَةِ لِأَنَّهَا رُوِيَتْ عَنْ مُحَمَّدٍ بِرِوَايَةِ الثِّقَاتِ، فَهِيَ ثَابِتَةٌ عَنْهُ، إِمَّا مُتَوَاتِرَةٌ عَنْهُ، أَوْ مَشْهُورَةٌ عَنْهُ). (ج ١، ص ١٦). | “Disebut dengan Zhāhir al-Riwāyah karena diriwayatkan dari Muhammad melalui perawi-perawi yang terpercaya, sehingga statusnya tsabit (pasti) darinya, baik dengan jalan mutawātir maupun masyhur.” (Juz 1, hlm. 16). | Menegaskan keabsahan ilmiah kitab-kitab tersebut karena diriwayatkan oleh perawi terpercaya, sehingga dijadikan rujukan utama dalam Ushul dan Furū‘ mazhab Hanafi. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَكُلُّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ أَبَا يُوسُفَ هُوَ أَوَّلُ مَنْ أَثْبَتَ الْأُصُولَ الَّتِي هِيَ فَتَاوَى اتَّفَقَ عَلَيْهَا الْإِمَامُ وَأَصْحَابُهُ، | Semua itu menunjukkan bahwa Abu Yusuf adalah orang pertama yang menetapkan al-uṣūl, yaitu fatwa-fatwa yang telah disepakati oleh Imam (Abu Hanifah) dan para sahabatnya. | Menegaskan peran Abu Yusuf sebagai pengkodifikasi pertama fatwa-fatwa yang menjadi dasar kaidah mazhab Hanafi. |
| وَأَنَّ مُحَمَّدًا جَمَعَ مِنْ كُتُبِ السُّنَّةِ مَسَائِلَ الْأُصُولِ وَتُسَمَّى ظَاهِرَ الرِّوَايَةِ. | Dan bahwa Muhammad (bin al-Hasan) menghimpun dari kitab-kitab hadits berbagai masalah ushul yang kemudian disebut Zhāhir al-Riwāyah. | Menunjukkan kontribusi Muhammad bin al-Hasan dalam memperkuat dasar ushul dengan merujuk pada sumber hadis. |
| وَهِيَ – كَمَا يَقُولُ ابْنُ عَابِدِينَ فِي الرِّسَالَةِ الْمَذْكُورَةِ – مَسَائِلُ رُوِيَتْ عَنْ أَصْحَابِ الْمَذْهَبِ وَهُمْ: أَبُو حَنِيفَةَ وَأَبُو يُوسُفَ وَمُحَمَّدٌ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى، وَيُقَالُ لَهُمُ الْعُلَمَاءُ الثَّلَاثَةُ. | Dan masalah-masalah itu – sebagaimana dikatakan oleh Ibn ‘Abidin dalam risalah yang disebutkan – diriwayatkan dari para ulama mazhab, yaitu Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan Muhammad. Mereka dikenal dengan sebutan al-‘ulamā’ al-thalāthah (tiga ulama besar). | Menetapkan legitimasi bahwa rujukan pokok Hanafi disandarkan pada tiga tokoh utama, yang menjadi fondasi kuat mazhab. |
| فَلَيْسَ بِمُسْتَبْعَدٍ أَنْ يَكُونَ مَا نُسِبَ لِأَبِي يُوسُفَ مِنْ أَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ وَضَعَ الْكُتُبَ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، وَمَا نُسِبَ لِمُحَمَّدٍ مِنْ أَنَّهُ أَلَّفَ كِتَابَ أُصُولِ الْفِقْهِ، إِنَّمَا أُرِيدَ بِهِ أُصُولُ فِقْهِ أَبِي حَنِيفَةَ، أَيْ الْمَسَائِلُ الَّتِي أَشَارَ الْإِمَامُ بِإِثْبَاتِهَا بَعْدَ مُشَاوَرَةِ أَصْحَابِهِ. | Maka tidak mustahil bahwa yang dimaksud dengan penisbatan kepada Abu Yusuf sebagai orang pertama yang menulis kitab dalam Ushul Fiqh, atau kepada Muhammad sebagai penulis kitab Ushul Fiqh, sebenarnya adalah Ushul Fiqh Abu Hanifah, yakni masalah-masalah yang ditetapkan Imam setelah bermusyawarah dengan para muridnya. | Menyederhanakan klaim: bahwa “kitab ushul” yang dinisbatkan kepada Abu Yusuf dan Muhammad hanyalah catatan tentang metode Abu Hanifah, bukan ushul dalam arti universal. |
| وَقَدْ يَعْضُدُ هَذَا تَعْبِيرُ صَاحِبِ الْفِهْرِسْتِ عِنْدَ تَعْدِيدِ كُتُبِ أَبِي يُوسُفَ بِقَوْلِهِ: وَلِأَبِي يُوسُفَ مِنَ الْكُتُبِ فِي الْأُصُولِ وَالْأَمَالِي (ص) (٢٠٣) كِتَابُ الصَّلَاةِ، وَكِتَابُ الزَّكَاةِ. | Hal ini dikuatkan dengan keterangan penulis al-Fihrist ketika menyebut daftar karya Abu Yusuf, dengan mengatakan: “Abu Yusuf memiliki kitab dalam ushul dan amali, yaitu Kitab al-Shalāh dan Kitab al-Zakāh.” (hlm. 203). | Menguatkan argumentasi bahwa yang disebut “kitab ushul” hanyalah bagian dari fiqih praktis (shalat, zakat), bukan teori kaidah umum. |
| وَعِنْدَ ذِكْرِ الْكُتُبِ الَّتِي أَلَّفَهَا مُحَمَّدٌ بِقَوْلِهِ: وَلِلْمُحَمَّدِ مِنَ الْكُتُبِ فِي الْأُصُولِ كِتَابُ الصَّلَاةِ، وَكِتَابُ الزَّكَاةِ… (١). | Dan ketika menyebut kitab yang ditulis oleh Muhammad, ia berkata: “Muhammad memiliki kitab dalam ushul, yaitu Kitab al-Shalāh dan Kitab al-Zakāh…” (1). | Menunjukkan bahwa istilah “kitab ushul” pada masa itu belum bermakna ilmu kaidah ushul fiqh seperti yang disusun al-Syafi‘i, melainkan kumpulan masalah fiqih tertentu. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَيَذْهَبُ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى أَنَّ الْإِمَامَ مَالِكًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَوَّلُ مَنْ تَكَلَّمَ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، وَفِي الْغَرِيبِ مِنَ الْحَدِيثِ، وَفَسَّرَ كَثِيرًا مِنْهُ فِي مُوَطَّئِهِ (٢). | Kaum Malikiyyah berpendapat bahwa Imam Malik ra. adalah orang pertama yang berbicara tentang Ushul Fiqh, juga dalam hal gharīb al-ḥadīth (hadits yang asing), dan beliau banyak menafsirkannya dalam kitab al-Muwaṭṭa’ (2). | Menegaskan bahwa Imam Malik memiliki kontribusi awal dalam pembahasan Ushul Fiqh, terutama lewat penjelasannya dalam kitab al-Muwaṭṭa’. |
| وَلَكِنَّ الْمَالِكِيَّةَ لَمْ يَدَّعُوا التَّأْلِيفَ الْمُسْتَقِلَّ لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، | Namun, kalangan Malikiyyah tidak mengklaim bahwa Imam Malik menulis kitab Ushul Fiqh secara mandiri. | Menunjukkan sikap moderat: tidak menisbatkan kitab Ushul secara penuh kepada Imam Malik. |
| وَهُوَ بِلَا شَكٍّ مِنْ أَوَائِلِ مَنْ تَكَلَّمُوا فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، | Akan tetapi, beliau tanpa diragukan termasuk orang yang paling awal berbicara tentang Ushul Fiqh. | Memberi pengakuan atas peran pionir Imam Malik meski belum berbentuk kitab khusus. |
| وَقَدْ قَدَّمْنَا مُكَاتَبَتَهُ مَعَ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ نَمُوذَجًا لِبِدَايَةِ التَّدْوِينِ الْأُصُولِيِّ. | Sebelumnya telah disebutkan korespondensi beliau dengan al-Layth bin Sa‘d sebagai contoh awal mula penulisan ilmu ushul. | Menunjukkan bahwa interaksi ilmiah Imam Malik (surat-menyurat dengan ulama lain) adalah bentuk awal pembentukan kaidah ushul fiqh. |
| النَّصُّ العَرَبِيُّ | التَّرجَمَة | المَقصُود |
|---|---|---|
| وَيَدَّعِي الشِّيعةُ الإِمَامِيَّةُ أَنَّ أَوَّلَ مَنْ أَسَّسَ عِلْمَ أُصُولِ الفِقْهِ مُحَمَّدُ البَاقِرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ زَيْنِ العَابِدِينَ، ثُمَّ مِنْ بَعْدِهِ ابْنُهُ الإِمَامُ أَبُو عَبدِ اللهِ جَعْفَرُ الصَّادِقُ. | Syiah Imamiyah berpendapat bahwa orang pertama yang mendirikan ilmu Ushul Fiqh adalah Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abidin, kemudian setelahnya putranya yaitu Imam Abu Abdullah Ja’far ash-Shadiq. | Pandangan Syiah menegaskan bahwa Ushul Fiqh bermula dari Imam Muhammad al-Baqir lalu dilanjutkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq. |
| يُعْرِضُ هَذِهِ القَضِيَّةَ أَسَد حَيْدَر فِي صَدَدِ الكَلَامِ عَنْ عَصْرِ الإِمَامِ مُحَمَّد البَاقِر وَأَثَرِهِ العِلْمِيِّ فَيَقُولُ: | Masalah ini dikemukakan oleh Asad Haidar ketika membicarakan masa Imam Muhammad al-Baqir dan pengaruh ilmiahnya, ia berkata: | Penegasan pandangan Syiah mengenai peran ilmiah Imam al-Baqir. |
| …. وَهُوَ مُحَمَّدُ البَاقِرُ أَوَّلُ مَنْ أَسَّسَ عِلْمَ الأُصُولِ، وَفَتَحَ بَابَهُ، وَفَتَقَ مَسَائِلَهُ، وَمِنْ بَعْدِهِ وَلَدُهُ الإِمَامُ الصَّادِقُ، وَقَدْ أَمْلَيَا عَلَى أَصْحَابِهِمَا قَوَاعِدَهُ، وَجَمَعُوا مِنْ ذَلِكَ مَسَائِلَ دَوَّنَهَا المُتَأَخِّرُونَ حَسَبَ تَرْتِيبِ المُصَنِّفِينَ فِيهِ، بِرِوَايَةٍ مُسْنَدَةٍ إِلَيْهِمَا، مِنْ دُونِ دَخْلٍ لآرَائِهِمْ فِيهَا، وَلَا وَضْعِ قَوْلٍ إِلَى جَنْبِ قَوْلِهِمَا، وَتِلْكَ الكُتُبُ مَوْجُودَةٌ إِلَى هَذَا الوَقْتِ. | … Dialah Muhammad al-Baqir orang pertama yang mendirikan ilmu Ushul, membuka pintunya, dan merinci permasalahannya. Setelahnya putranya, Imam ash-Shadiq, yang juga mengajarkan kaidah-kaidahnya kepada murid-murid mereka. Para murid mengumpulkan permasalahan itu, lalu disusun oleh para ulama setelahnya sesuai dengan sistematika penulisan, dengan riwayat yang disandarkan kepada keduanya, tanpa campuran pendapat pribadi murid, dan tanpa tambahan ucapan di samping ucapan mereka. Buku-buku itu masih ada hingga sekarang. | Menurut mereka, ilmu Ushul Fiqh bersumber langsung dari ajaran Imam al-Baqir dan Imam Ja’far, yang kemudian diwariskan kepada murid-murid dan terdokumentasikan hingga masa kini. |
| فَالإِمَامُ البَاقِرُ هُوَ وَاضِعُ عِلْمِ الأُصُولِ، وَفَاتِحُ بَابِهِ، وَأَوَّلُ مَنْ صَنَّفَ فِيهِ هُوَ هِشَامُ بْنُ الحَكَمٍ صَنَّفَ كِتَابَ الأَلفَاظِ، وَهُوَ أَهَمُّ مَبَاحِثِ عِلْمِ الأُصُولِ. | Maka Imam al-Baqir adalah peletak dasar ilmu Ushul, pembuka pintunya, dan orang pertama yang menulis dalam bidang itu adalah Hisyam bin Hakam yang menyusun kitab al-Alfazh (tentang lafadz), yaitu pembahasan terpenting dalam ilmu Ushul. | Imam al-Baqir dianggap sebagai pendiri, lalu muridnya Hisyam bin Hakam menuliskan kitab pertama dalam Ushul Fiqh. |
| ثُمَّ بَيَّنَ بَعْدَهُ يُونُسُ بْنُ عَبدِ الرَّحْمَن مَوْلَى آلِ يَقْطِين صَنَّفَ كِتَابَ اخْتِلَافِ الحَدِيثِ وَمَسَائِلِهِ، وَهُوَ مَبْحَثُ تَعَارُضِ الحَدِيثَيْنِ، وَمَسَائِلِ التَّعَادُلِ وَالتَّرَاجِيحِ، ثُمَّ أَخَذَتْ حَرَكَةُ الأُصُولِ مِنْ بَعْدِهِمَا بِالتَّوْسِعَةِ. | Kemudian setelah itu Yunus bin Abdurrahman, maula keluarga Yaqtin, menulis kitab Ikhtilaf al-Hadith wa Masailihi, yang membahas pertentangan dua hadis, masalah keseimbangan, dan tarjih (penguatan dalil). Setelah itu gerakan Ushul terus berkembang. | Perkembangan Ushul Fiqh dalam tradisi Syiah berlanjut melalui tokoh-tokoh murid seperti Yunus bin Abdurrahman dan diperluas setelahnya. |
| النَّصُّ العَرَبِيُّ | التَّرجَمَة | المَقصُود |
|---|---|---|
| ثُمَّ يَسْتَطْرِدُ فِي رَدِّ دَعْوَى أَوَّلِيَّةِ الإِمَامِ الشَّافِعِيِّ بِقَوْلِهِ: | Kemudian ia melanjutkan dalam membantah klaim bahwa Imam Syafi‘i adalah yang pertama dalam ilmu ushul, dengan ucapannya: | Mulai muncul bantahan terhadap klaim eksklusif bahwa Imam Syafi‘i peletak pertama Ushul Fiqh. |
| فَالْقَوْلُ بِأَنَّ الشَّافِعِيَّ هُوَ وَاضِعُ عِلْمِ الأُصُولِ ظُلْمٌ لِلْحَقِيقَةِ، وَخُرُوجٌ عَنْ حُدُودِ الإِنْصَافِ، | Maka perkataan bahwa Syafi‘i adalah pendiri Ushul Fiqh adalah ketidakadilan terhadap kebenaran, dan keluar dari batas kewajaran serta keadilan. | Menganggap Syafi‘i sebagai satu-satunya pendiri ilmu Ushul Fiqh dinilai tidak adil dan tidak proporsional. |
| عَلَى أَنَّ هَذَا القَوْلَ لَا يُؤَيِّدُهُ بَقِيَّةُ العُلَمَاءِ مِنْ سَائِرِ المَذَاهِبِ، فَلِلْحَنَفِيَّةِ أُصُولٌ وَلِلْمَالِكِيَّةِ أُصُولٌ. (۱) | Lagi pula pendapat ini tidak didukung oleh ulama dari mazhab lain, sebab Hanafiyah memiliki Ushul, dan Malikiyah juga memiliki Ushul. | Ushul Fiqh berkembang di banyak mazhab, bukan hanya Syafi‘iyah. |
| وَنِسْبَةُ الشِّيعةِ تَأْسِيسَ هَذَا العِلْمِ إِلَى الإِمَامِ مُحَمَّدٍ البَاقِرِ، وَمِنْ بَعْدِهِ وَلَدُهُ الإِمَامُ مُحَمَّدٌ الصَّادِقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، وَأَنَّهُمَا أَمْلَيَا عَلَى أَصْحَابِهِمَا قَوَاعِدَهُ، | Adapun klaim Syiah yang menisbatkan peletakan ilmu Ushul kepada Imam Muhammad al-Baqir, kemudian putranya Imam Muhammad ash-Shadiq ra., dan bahwa keduanya mendiktekan kaidah-kaidahnya kepada murid-muridnya, | Syiah menganggap Ushul Fiqh berasal dari Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq, yang mengajarkan dasar-dasarnya kepada murid. |
| فَإِنَّ لِلْمُحَقِّقِينَ مِنْ هَذَا مَوْقِفًا، عَرَضَهُ بْرُوكْلْمَان لَدَى حَدِيثِهِ عَنِ النَّثْرِ فِي عَصْرِ بَنِي أُمَيَّةَ بِقَوْلِهِ: | Maka para peneliti memiliki pendirian tersendiri mengenai hal ini, sebagaimana yang dipaparkan oleh Brockelmann ketika membicarakan prosa pada masa Bani Umayyah dengan ucapannya: | Klaim Syiah tidak diterima bulat-bulat oleh peneliti. Brockelmann mengkaji isu ini dari perspektif sejarah sastra. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| … وَكَذَلِكَ صُنِّفَتْ أَوَائِلُ كُتُبِ النَّصَائِحِ وَالْمَوَاعِظِ فِي عَصْرِ بَنِي أُمَيَّةَ، | … Demikian pula, karya-karya awal yang berisi nasihat dan mau‘izhah (wejangan) disusun pada masa Bani Umayyah, | Menunjukkan bahwa periode Umayyah sudah mulai lahir karya tulis berbentuk nasihat dan tuntunan moral. |
| وَمِنَ الْمَشْكُوكِ فِيهِ أَنْ يَكُونَ الْخَوَارِجُ قَدْ صَنَّفُوا كُتُبًا فِي مَذْهَبِهِمْ فِي ذَلِكَ الْعَصْرِ، | Namun diragukan bahwa kaum Khawarij benar-benar telah menulis buku-buku tentang mazhab mereka pada masa itu, | Mengkritisi klaim bahwa Khawarij memiliki karya tulis mazhabi sejak awal. |
| وَقَدْ نُسِبَ كِتَابُ الْعَقِيدَةِ إِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ إِبَاضٍ التَّمِيمِيِّ مُؤَسِّسِ مَذْهَبِ الإِبَاضِيَّةِ، | Sebuah kitab al-‘Aqīdah dinisbatkan kepada ‘Abdullah bin Ibāḍ at-Tamīmī, pendiri mazhab Ibāḍiyyah, | Memberi contoh nisbat karya awal kepada tokoh Khawarij moderat (Ibāḍiyyah). |
| وَكَذَلِكَ أَوَائِلُ مُصَنَّفَاتِ الشِّيْعَةِ الَّتِي قِيلَ إِنَّهَا كُتِبَتْ فِي عَصْرِ بَنِي أُمَيَّةَ فَهِيَ مَنْحُولَةٌ غَيْرُ صَحِيحَةِ النِّسْبَةِ. | Begitu pula karya-karya awal Syiah yang dikatakan ditulis pada masa Bani Umayyah adalah karya yang dipalsukan, tidak benar penisbatannya. | Menganggap karya awal Syiah pada masa Umayyah bukan asli, melainkan rekayasa belakangan. |
| وَمِنْ ذَلِكَ عَلَى وَجْهِ الْخُصُوصِ الْمُصَنَّفَاتُ الْمَنْسُوبَةُ إِلَى الإِمَامِ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَعْفَرِ الصَّادِقِ بْنِ مُحَمَّدِ الْبَاقِرِ (الْمُتَوَفَّى سَنَةَ ١٤٨ هـ / ٧٦٣ م) بِالْمَدِينَةِ (٢). | Di antara contoh khususnya adalah karya-karya yang dinisbatkan kepada Imam Abū ‘Abdillāh Ja‘far ash-Shādiq bin Muḥammad al-Bāqir (w. 148 H / 763 M) di Madinah (2). | Menolak keaslian kitab-kitab yang dikaitkan dengan Imam Ja‘far ash-Shādiq, menganggapnya tidak sahih nisbatnya. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَالَّذِي لَا شَكَّ فِيهِ هُوَ تَأْلِيفُ هِشَامِ بْنِ الْحَكَمِ الْمُتَوَفَّى نَحْوَ مِائَةٍ وَتِسْعِينَ مِنَ الْهِجْرَةِ لِكِتَابِ الأَلْفَاظِ، | Yang tidak diragukan adalah karya Hisyām bin al-Ḥakam (wafat sekitar tahun 190 H) berupa kitab al-Alfāẓ, | Menegaskan bukti kuat bahwa Hisyām bin al-Ḥakam benar-benar menulis kitab penting dalam bidang ushul. |
| فَقَدْ أَثْبَتَهُ ابْنُ النَّدِيمِ فِي فِهْرِسْتِهِ، وَتَرْجَمَ لَهُ، | Ibn al-Nadīm mencatat dan menetapkannya dalam al-Fihrist, serta membuat biografinya, | Sumber literer klasik mendukung keberadaan kitab tersebut. |
| وَمِنْ حَدِيثِهِ عَنْهُ أَنَّهُ مِنْ أَصْحَابِ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، مِنْ مُتَكَلِّمِي الشِّيَعَةِ، | Disebutkan bahwa ia adalah murid Abū ‘Abdillāh Ja‘far bin Muḥammad, termasuk ahli kalam dari kalangan Syiah, | Menjelaskan latar belakang keilmuan Hisyām sebagai teolog Syiah yang dekat dengan Imam Ja‘far. |
| مِمَّنْ فَتَقَ الْكَلَامَ فِي الإِمَامَةِ، وَهَذَّبَ الْمَذْهَبَ وَالنَّظَرَ، | Termasuk orang yang membuka pembahasan kalam dalam masalah imamah, serta merapikan mazhab dan pemikiran, | Menunjukkan perannya dalam membangun sistematika teologi Syiah. |
| وَكَانَ حَاذِقًا بِصِنَاعَةِ الْكَلَامِ، حَاضِرَ الْجَوَابِ، | Ia sangat ahli dalam ilmu kalam, cepat dalam menjawab, | Gambaran kecerdasan dan kepiawaiannya dalam berdebat. |
| وَذَكَرَ عَنْهُ فِي مَوْضِعٍ آخَرَ بِأَنَّهُ كَانَ أَوَّلًا مِنْ أَصْحَابِ الْجَهْمِ بْنِ صَفْوَانَ، ثُمَّ انْتَقَلَ إِلَى الْقَوْلِ بِالإِمَامَةِ بِالدَّلَائِلِ وَالنَّظَرِ .. (۱) | Disebutkan pula di tempat lain bahwa pada mulanya ia adalah pengikut Jahm bin Ṣafwān, kemudian berpindah kepada keyakinan imamah dengan dalil dan argumen rasional… (1) | Memberi catatan historis bahwa perjalanan intelektual Hisyām mengalami perubahan dari Jahmiyyah menuju pemikiran imamah Syiah. |
| وَعُنْوَانُ الْكِتَابِ يُشِيرُ إِلَى أَنَّهُ يُعَالِجُ جُزْءًا مُهِمًّا فِي أُصُولِ الْفِقْهِ، وَذَلِكَ هُوَ دَلَالَةُ الأَلْفَاظِ. | Judul kitabnya menunjukkan bahwa ia membahas salah satu aspek penting dalam Ushul Fiqh, yaitu dalālat al-alfāẓ (makna dan petunjuk lafaz). | Menegaskan bahwa kontribusi Hisyām benar-benar berkaitan langsung dengan disiplin Ushul Fiqh, bukan sekadar ilmu kalam. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَيَذْهَبُ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّ الإِمَامَ الشَّافِعِيَّ أَوَّلُ مَنْ أَلَّفَ فِي هَذَا العِلْمِ، | Kaum Syafi‘iyyah berpendapat bahwa Imam Syafi‘i adalah orang pertama yang menulis dalam ilmu ini, | Klaim eksklusif Syafi‘iyyah bahwa pendiri resmi ilmu Ushul Fiqh adalah Imam Syafi‘i. |
| وَقَدْ حَكَى العَلَّامَةُ جَمَالُ الدِّينِ عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ حَسَنٍ الأَسْنَوِيُّ الإِجْمَاعَ عَلَى ذَلِكَ بِقَوْلِهِ: | Al-‘Allāmah Jamāluddīn ‘Abdurraḥīm bin Ḥasan al-Asnawī telah menukil adanya ijmā‘ dalam hal ini dengan ucapannya: | Menyebut ada klaim ijmā‘ (kesepakatan ulama) bahwa Syafi‘i adalah perintis ilmu ini. |
| وَكَانَ إِمَامُنَا الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ هُوَ الْمُبْتَكِرُ لِهَذَا الْعِلْمِ بِلَا نِزَاعٍ، | “Imam kami al-Syafi‘i ra. adalah penggagas ilmu ini tanpa ada perselisihan, | Penegasan bahwa keunggulan Syafi‘i sebagai perintis tidak diperdebatkan di kalangan Syafi‘iyyah. |
| وَأَوَّلُ مَنْ صَنَّفَ فِيهِ بِالْإِجْمَاعِ، | dan orang pertama yang menyusunnya berdasarkan ijmā‘, | Menyatakan ijmā‘ bahwa kitab pertama Ushul Fiqh ditulis oleh Syafi‘i. |
| وَتَصْنِيفُهُ الْمَذْكُورُ فِيهِ مَوْجُودٌ بِحَمْدِ اللهِ تَعَالَى، | Karya tulisnya tersebut alhamdulillah masih ada, | Menekankan keotentikan kitab Syafi‘i yang masih bisa dirujuk. |
| وَهُوَ الْكِتَابُ الْجَلِيلُ الْمَشْهُورُ الْمَسْمُوعُ عَلَيْهِ اتِّصَالُ سَنَدِهِ الصَّحِيحِ إِلَى زَمَانِنَا، الْمَعْرُوفُ بِـ (الرِّسَالَةِ)، | Yaitu kitab agung yang masyhur, yang diriwayatkan dengan sanad yang bersambung hingga zaman kita, yang dikenal dengan nama al-Risālah, | Identifikasi karya monumental Imam Syafi‘i, yaitu al-Risālah. |
| الَّذِي أَرْسَلَ الإِمَامُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ مِنْ خُرَاسَانَ إِلَى الشَّافِعِيِّ بِمِصْرَ فَصَنَّفَهُ لَهُ، | yang diminta oleh Imam ‘Abdurraḥmān bin Mahdī dari Khurasan kepada Imam Syafi‘i di Mesir, lalu beliau menyusunnya untuknya, | Menunjukkan sebab khusus ditulisnya al-Risālah. |
| وَتَنَافَسَ فِي تَحْصِيلِهِ عُلَمَاءُ عَصْرِهِ. | dan para ulama pada zamannya saling berlomba untuk mendapatkannya. | Menunjukkan bahwa kitab ini sangat bernilai dan dicari oleh para ulama sejak awal. |
| عَلَى أَنَّهُ قَدْ قِيلَ إِنَّ بَعْضَ مَنْ تَقَدَّمَ عَلَى الشَّافِعِيِّ نُقِلَ عَنْهُ إِلْمَامٌ بِبَعْضِ مَسَائِلِهِ فِي أَثْنَاءِ كَلَامِهِ عَلَى بَعْضِ الْفُرُوعِ، | Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa sebagian ulama sebelum Syafi‘i pernah menyinggung beberapa masalah Ushul dalam pembahasan cabang-cabang fiqh, | Mengakui bahwa ada percikan pemikiran Ushul sebelum Syafi‘i, meskipun belum sistematis. |
| وَجَوَابٌ عَنْ سُؤَالِ السَّائِلِ لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ، | atau jawaban terhadap pertanyaan seseorang, namun itu tidak cukup bernilai dan tidak mengenyangkan, | Menilai bahwa catatan-catatan tersebut tidak sebanding dengan karya ilmiah yang utuh. |
| وَهَلْ تُعَارِضُ مَقَالَةٌ قِيلَتْ فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ تَصْنِيفًا مَوْجُودًا مَسْمُوعًا مُسْتَوْعِبًا لِأَبْوَابِ الْعِلْمِ!؟ (۲) | Apakah mungkin sebuah ucapan singkat tentang sebagian masalah dapat menandingi sebuah karya lengkap, nyata, terdengar, dan mencakup seluruh bab ilmu? (2) | Argumen penutup: al-Risālah Imam Syafi‘i jauh lebih sistematis dan utuh dibandingkan cuplikan-cuplikan kecil dari pendahulunya. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَالشِّيَعَةُ كَمَا سَبَقَ لَا يُسْلِمُونَ هَذِهِ الأُولِيَّةَ وَالأَحْنَافُ يَذْكُرُونَهَا بِصِيغَةِ التَّمْرِيضِ. | Dan sebagaimana disebutkan sebelumnya, Syiah tidak menerima klaim keutamaan ini, sedangkan kaum Hanafiyah menyebutnya secara moderat/bersyarat. | Menunjukkan adanya perbedaan pandangan antarmazhab tentang siapa yang pertama kali menulis Ushul Fiqh. |
| يَقُولُ أَمِيرُ بَادْشَاه ) وَيُقَالُ إِنَّ أَوَّلَ مَنْ دَوَّنَ فِي أُصُولِ الفِقْهِ عَلَى سَبِيلِ الاسْتِقْلَالِ الإِمَامُ الشَّافِعِيّ، صَنَّفَ فِيهِ كِتَابَ الرِّسَالَةِ بِالْتِمَاسِ ابْنِ مَهْدِي (۱). | Amir Badshah mengatakan: “Dikatakan bahwa orang pertama yang menulis Ushul Fiqh secara mandiri adalah Imam Syafi‘i, yang menyusun al-Risālah atas permintaan Ibn Mahdī.” (1) | Memperkuat klaim Syafi‘iyyah bahwa al-Risālah adalah karya Ushul Fiqh pertama yang sistematis. |
| وَهَكَذَا تَتَنَازَعُ المَذَاهِبُ أَوَّلِيَّةَ التَّدْوِينِ فِي أُصُولِ الفِقْهِ، وَكُلٌّ مِنْهَا يَدَّعِيهَا الإِمَامَةُ أَوْ أَئِمَّةٌ مِنْ مَذْهَبِهِ. | Demikianlah, para mazhab berselisih tentang siapa yang pertama menulis Ushul Fiqh; masing-masing mengklaim imam atau ulama dari mazhabnya. | Menunjukkan fakta sejarah: tidak ada kesepakatan mutlak, setiap mazhab memiliki klaim tersendiri. |
| وَبِنَظْرَةٍ تَحْلِيلِيَّةٍ مُجَرَّدَةٍ لِهَذَا الخِلافِ يُمْكِنُ تَحْدِيدُهُ عَلَى النَّحْوِ التَّالِي: | Dengan analisis objektif terhadap perbedaan ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: | Memberi pengantar untuk menganalisis secara logis dan kronologis perbedaan klaim tersebut. |
| لَيْسَ مَوْضِعَ الخِلافِ فِي أَوَّلِ مَنْ تَكَلَّمَ فِي أُصُولِ الفِقْهِ، فَالْمُتَكَلِّمُونَ فِي الأُصُولِ قَبْلَ التَّدْوِينِ كَثِيرُونَ فِي عَهْدِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، | Bukan persoalan perdebatan adalah siapa yang pertama berbicara tentang Ushul Fiqh; banyak ahli kalam tentang Ushul sebelum penulisan, pada masa sahabat dan tabi‘in, | Menekankan bahwa pembahasan Ushul sudah ada secara lisan dan praktik sebelum dikodifikasi dalam bentuk kitab. |
| ظَهَرَتْ فِي نَمَاذِجَ تَطْبِيقِيَّةٍ عَمَلِيَّةٍ فِي أَحْكَامِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ وَغَيْرِهِمْ مِنَ القُضَاةِ وَالحُكَّامِ، وَنَمَاذِجَ نَظَرِيَّةٍ مِنْ أَبْرَزِهَا خِطَابُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ إِلَى أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِي، وَكَالمَقَالَةِ الْمَرْوِيَّةِ عَنْ وَاصِلِ بْنِ عَطَاء، أَوْ المُكَاتَبَةِ بَيْنَ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَاللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ كَثِيرٌ. | Tercatat dalam bentuk contoh praktis pada keputusan Khalifah Rasyidin dan hakim-hakim lain, juga contoh teoritis seperti surat Umar bin al-Khattab kepada Abu Musa al-Asy‘ari, atau artikel yang diriwayatkan dari Wāṣil bin ‘Aṭā’, maupun korespondensi antara Malik bin Anas dan al-Layth bin Sa‘d, dan lain-lain banyak. | Memberi bukti historis bahwa Ushul Fiqh sudah diterapkan dan dibahas secara nyata dalam praktik hukum sebelum adanya kitab formal. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| كَمَا أَنَّ الخِلافَ لَيْسَ فِي ظُهُورِ كِتَابَةٍ حَوْلَ مَوْضُوعٍ أُصُولِيٍّ مُسْتَقِلٍّ: كَدَلَالَةِ الأَلْفَاظِ أَوِ الرَّأْيِ، أَوِ الاسْتِحْسَانِ، أَوِ الكِتَابَةِ فِي الأُصُولِ ضِمْنَ كِتَابٍ فِقْهِيٍّ | Dan perbedaan pendapat bukan mengenai munculnya tulisan tentang topik Ushul yang mandiri: seperti penjelasan tentang dalalah al-alfazh (makna kata), ra’y (pendapat), istihsan (pertimbangan hukum), atau penulisan Ushul dalam kitab fiqh. | Menekankan bahwa penulisan Ushul Fiqh sudah ada sebelumnya dalam bentuk catatan cabang ilmu fiqh, bukan persoalan utama perdebatan. |
| الخلاف يَنْحَصِرُ فِي أَوَّلِيَّةِ التَّأْلِيفِ فِي عِلْمِ أُصُولِ الفِقْهِ بِصُورَةٍ عَامَّةٍ شَامِلَةٍ مُسْتَقِلَّةٍ، | Perselisihan terbatas pada siapa yang pertama kali menulis Ushul Fiqh secara umum, lengkap, dan mandiri, | Inti perdebatan adalah tentang penulisan sistematis dan independen Ushul Fiqh, bukan sekadar membahas sebagian masalah. |
| وَهَذَا يَقْتَضِي تَحْدِيدَ طَرِيقَةِ التَّأْلِيفِ فِي عِلْمِ الأُصُولِ؛ | Hal ini menuntut penentuan metode penulisan dalam ilmu Ushul; | Mengarah pada klasifikasi metode penyusunan Ushul Fiqh. |
| إِذْ أَنَّ التَّأْلِيفَ فِيهِ جَاءَ عَلَى طَرِيقَتَيْنِ: | Karena penyusunan Ushul dilakukan dengan dua metode: | Memperkenalkan dua pendekatan utama dalam menulis Ushul Fiqh. |
| الأُولَى: اسْتِخْرَاجُ القَوَاعِدِ الفِقْهِيَّةِ لِكُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الفِقْهِ، وَمُنَاقَشَتُهَا، وَتَطْبِيقُ الفُرُوعِ عَلَيْهَا، فَيُسْتَنْتَجُ قَوَاعِدُ البَيْعِ عَامَّةً، أَوْ قَوَاعِدُ الإِيجَارِ وَيُحَدَّدُهَا وَيُبَيَّنُ مَسْلَكُ التَّطْبِيقِ عَلَيْهَا. | Pertama: mengekstrak kaidah fiqh untuk setiap bab, mendiskusikannya, dan menerapkan cabang-cabangnya sehingga diperoleh kaidah jual beli secara umum, atau kaidah sewa, lalu ditentukan dan dijelaskan cara penerapannya. | Menjelaskan metode praktis dan konkret yang dipilih Hanafiyah untuk menulis Ushul Fiqh, berdasarkan aplikasi cabang fiqh. |
| وَهَذَا هُوَ الطَّرِيقُ الَّذِي اخْتَارَهُ الأَحْنَافُ وَسَلَكُوهُ وَسَبَقُوا بِهِ. | Inilah metode yang dipilih Hanafiyah, mereka jalani, dan mereka mendahului yang lain dengan metode ini. | Menegaskan keunggulan historis Hanafiyah dalam menulis Ushul Fiqh berdasarkan praktik. |
| الثَّانِيَةُ: وَضْعُ القَوَاعِدِ الَّتِي تُعِينُ الْمُجْنَهِدَ عَلَى اسْتِنْبَاطِ الأَحْكَامِ مِنْ مَصَادِرِ التَّشْرِيعِ دُونَ الِالتِزَامِ بِرَأْيِ فَقِيهٍ، أَوِ اعْتِبَارِ لِاتِّفَاقٍ أَوْ اخْتِلَافٍ. (۱) | Kedua: menetapkan kaidah-kaidah yang membantu seorang mujtahid mengekstrak hukum dari sumber syariat, tanpa terikat pada pendapat seorang faqih, atau mempertimbangkan persetujuan atau perbedaan. (1) | Menjelaskan metode teoretis dan universal, yang dipilih Imam Syafi‘i dalam menyusun Ushul Fiqh sebagai ilmu mandiri. |
| النص العربي بالشكل | Terjemahan Indonesia | Maksud & Tujuan |
|---|---|---|
| وَهَذَا هُوَ المَنْهَجُ الَّذِي سَلَكَهُ الإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ الشَّافِعِي فِي الرِّسَالَةِ وَهِيَ مُدَوَّنَةٌ كَامِلَةٌ فِي أُصُولِ الفِقْهِ عَلَى سَبِيلِ الاسْتِقْلَالِ، | Inilah metode yang ditempuh Imam Muhammad bin Idris al-Syafi‘i dalam al-Risālah, yang merupakan kitab Ushul Fiqh lengkap dan mandiri, | Menegaskan bahwa al-Risālah adalah karya Ushul Fiqh pertama yang sistematis, lengkap, dan berdiri sendiri. |
| لَمْ يَسْبِقْهَا بِهَذَا المَعْنَى كِتَابٌ فِي مَوْضُوعِهَا، وَهَذَا هُوَ الَّذِي ذَهَبَ إِلَيْهِ جُمْهُورُ العُلَمَاءِ، وَأَثْبَتَهُ التَّارِيخُ. | Sebelumnya tidak ada kitab dengan makna seperti ini dalam topiknya, dan inilah yang diyakini oleh mayoritas ulama, serta dibuktikan oleh sejarah. | Menekankan keaslian dan orisinalitas al-Risālah sebagai karya Ushul Fiqh yang pertama kali dan diakui sejarah. |
| يَقُولُ الجَلالُ السُّيُوطِيّ: ه الاجماع على أنه [الشَّافِعِي] أَوَّل واضِع لِعِلْمِ الأُصُول ؛ إِذْ هُوَ أَوَّل مَنْ تَكَلَّمَ فِيهِ، وَأَفْرَدَهُ بِالتَّأْلِيفِ، وَكَانَ مَالِكٌ فِي الموطأ أَشَارَ إِلَى بَعْضِ قَوَاعِدِهِ، وَكَذَلِكَ غَيْرُهُ مِنْ أَهْلِ عَصْرِهِ كَأَبِي يُوسُفَ وَمُحَمَّدِ بْنِ الحَسَن (۱) | Al-Jalāl al-Suyuti mengatakan: “Telah terjadi ijma’ bahwa [al-Syafi‘i] adalah orang pertama yang menulis ilmu Ushul; karena dialah yang pertama membicarakannya dan mengkhususkan penulisan dalam bentuk kitab. Malik dalam al-Muwatta hanya menunjuk beberapa kaidahnya, demikian pula ulama sezamannya seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin al-Hasan.” (1) | Memberikan pendapat ulama besar untuk memperkuat klaim bahwa Syafi‘i adalah perintis Ushul Fiqh dengan karya tulis mandiri. |
| وَعَلَى ضَوْءِ العَرْضِ وَالمُنَاقَشَةِ السَّابِقَةِ يَتَبَيَّنُ أَنَّ كِتَابَ الرِّسَالَةِ لِلإِمَامِ الشَّافِعِي أَوَّل مُؤَلِّفٍ أُصُولِيٍّ كَامِلٍ مُسْتَقِلٍّ بِمَنْهَجِهِ وَمَوَاضِيعِهِ وَمَسَائِلِهِ | Berdasarkan uraian dan diskusi sebelumnya, jelas bahwa kitab al-Risālah karya Imam al-Syafi‘i adalah karya Ushul Fiqh pertama yang lengkap, mandiri, dengan metode, topik, dan masalahnya sendiri. | Menegaskan kesimpulan utama: al-Risālah adalah kitab Ushul Fiqh pertama yang benar-benar sistematis dan independen, berbeda dari karya sebelumnya yang parsial atau sebagai catatan tambahan. |