Alamat:
Asrama At-Tawakal, Pondok Pesantren Cipasung, Cipakat, Singaparna, Kab. Tasikmalaya
Alamat:
Asrama At-Tawakal, Pondok Pesantren Cipasung, Cipakat, Singaparna, Kab. Tasikmalaya

Acara: Pesantren Nalar Kritis
Tema: Membedah Akar Pendidikan Islam dengan Alat Filsafat
Pemateri: Ajang Muhammad Abdul Jalil
Filsafat Pendidikan Islam adalah usaha berpikir mendalam dan kritis terhadap seluruh aspek pendidikan dalam Islam: tujuan, sumber, metode, isi, pendidik, dan peserta didik, dilihat dari sudut pandang nilai dan hakikat.
Ia menjawab pertanyaan:
Mengapa kita dididik?
Apa makna belajar dalam Islam?
Apa bedanya pendidikan Islam dengan pendidikan Barat?
APA ITU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM? – Majelis Ilegaliyah
Filsafat selalu menggunakan tiga pisau analisis (metodologi berpikir), yakni:
| Aspek | Pertanyaan Kritis | Tujuan |
|---|---|---|
| Ontologi | Apa hakikat pendidikan Islam? | Menentukan dasar keberadaan dan realitasnya |
| Epistemologi | Bagaimana pengetahuan pendidikan Islam diperoleh? | Menentukan sumber dan validitas ilmu |
| Aksiologi | Untuk apa pendidikan Islam dilakukan? | Menentukan nilai, tujuan, dan etika |
(Apa hakikat pendidikan dalam pandangan Islam?)
Pendidikan Islam adalah proses menumbuhkan potensi fitrah manusia secara menyeluruh (jasad, akal, ruh).
Tujuan akhirnya adalah insān kāmil (manusia paripurna) yang mengabdi kepada Allah (ta’abbudiyah).
Realitas manusia bukan sekadar makhluk biologis, tapi juga makhluk transendental.
📖 QS Al-‘Alaq:1–5 → Hakikat manusia sebagai makhluk berilmu karena Allah yang mengajarkan.
🗣️ Ibnu Sina: pendidikan adalah proses menyempurnakan jiwa.
ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM: MENGGALI HAKIKAT DI BALIK SEKOLAH DAN KAPUR TULIS – Majelis Ilegaliyah
(Dari mana pengetahuan pendidikan Islam bersumber? Bagaimana kita tahu itu benar?)
Sumber utama epistemologi Islam:
Wahyu (al-Qur’an dan Sunnah) → sumber utama dan absolut.
Aql (akal sehat) → alat memahami wahyu dan dunia.
Hiss (indera dan pengalaman) → alat bantu empiris.
Qalb (hati) → sumber intuisi dan spiritualitas.
Pengetahuan dalam Islam tidak hanya empiris-rasional seperti Barat, tapi juga transendental-spiritual.
Proses pendidikan harus membentuk ilm (pengetahuan) yang berakar pada hidayah.
📖 QS Az-Zumar:9 → “Adakah sama orang yang tahu dan tidak tahu?”
(Apa tujuan dan nilai utama dari pendidikan Islam?)
Pendidikan Islam tidak netral nilai, karena:
Tujuan utamanya adalah ibadah, bukan hanya karier duniawi.
Nilai-nilainya berbasis pada tauhid, bukan sekularisme.
Etika dalam pendidikan: amanah, adil, jujur, sabar, dan kasih sayang.
Tujuan Aksiologis:
Membentuk manusia bertaqwa dan berakhlak mulia.
Mewujudkan masyarakat berkeadaban dan rahmatan lil ‘ālamīn.
📖 QS Luqman:12–19 → Nilai pendidikan Luqman: tauhid, akhlak, tanggung jawab.
| Aspek | Islam | Barat Modern |
|---|---|---|
| Tujuan | Insan Kamil (paripurna ruhani dan jasmani) | Manusia produktif dan rasional |
| Sumber | Wahyu, akal, qalb, pengalaman | Rasio, empiris |
| Nilai | Tauhid dan akhlak | Netral atau relativistik |
| Model | Transendental dan integral | Sekular dan spesialis |
Kurikulum banyak meniru Barat, nilai-nilai spiritual tergeser.
Sekolah dan pesantren kadang terjebak pada formalitas dan hafalan.
Butuh revolusi epistemologis: kembali pada akar tauhid dan nalar kritis.
Pendidikan dalam Islam bukan proyek dunia semata, tapi jalan mendekatkan diri kepada Allah.
📜 “Barang siapa menempuh jalan mencari ilmu, Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
PENDIDIKAN SEBAGAI JALAN TAQARRUB: MENUNTUT ILMU, MENDEKATI TUHAN – Majelis Ilegaliyah
Pertanyaan untuk peserta:
Apakah pendidikan hari ini sudah mengakar pada nilai-nilai Islam?
Bagaimana Anda memaknai proses belajar sebagai jalan menjadi insan kamil?
Apakah pendidikan Islam cukup kritis terhadap metode Barat?
Bagaimana cara konkret membumikan aksiologi pendidikan dalam keseharian santri?
Imam Junaidi Pilar Awal Tasawuf Ilmiah – Majelis Ilegaliyah
Kisah Petualangan Akal Si Uweuk: Ngopi Bareng Filsafat dan Misteri Insan Kamil – Majelis Ilegaliyah